Dampak Stunting: Lebih Dari Sekedar Masalah Tinggi Badan
- klabdigitalmarketi
- 22 Jan
- 3 menit membaca

Stunting telah menjadi momok bagi masa depan generasi Indonesia. Stunting bukan sekedar soal tubuh pendek, tetapi juga potensi anak-anak yang terhambat dalam meraih mimpi besar mereka. Golden period, atau seribu hari pertama kehidupan, adalah masa kritis yang menentukan masa depan anak. Memahami pentingnya periode ini adalah langkah awal dalam mencetak generasi yang lebih unggul di masa depan.
Mengenal Apa Itu Stunting
Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama, sehingga anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Kekurangan gizi dalam waktu lama itu terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama Kelahiran). (Kemenkes RI, 2018)
World Health Organization (2020) memperjelas bahwa, stunting adalah kondisi di mana seorang anak memiliki panjang atau tinggi badan yang berada di bawah -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO, berdasarkan usianya. Kondisi ini terjadi akibat gangguan pertumbuhan yang bersifat irreversibel, yang umumnya disebabkan oleh asupan nutrisi yang tidak mencukupi serta infeksi yang berulang atau bersifat kronis.

Faktor Penyebab
Stunting di Indonesia bukan hanya masalah kekurangan gizi, tetapi merupakan isu kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, ekonomi, dan kesehatan. Berikut beberapa faktor penyebab yang mendasari terjadinya stunting, antara lain:
Asupan kalori yang tidak adekuat
Faktor sosio-ekonomi (kemiskinan)
Pendidikan dan pengetahuan yang rendah mengenai praktik pemberian makan untuk bayi dan balita (kecukupan ASI)
Peranan protein hewani dalam MPASI
Penelantaran
Pengaruh budaya
Ketersediaan bahan makanan setempat
Kebutuhan yang meningkat
Penyakit jantung bawaan
Alergi susu sapi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
Kelainan metabolisme bawaan
Infeksi kronik yang disebabkan kebersihan personal dan lingkungan yang buruk (diare kronis) dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah oleh imunisasi (tuberculosis/TBC, difteri, pertussis, dan campak).
Faktor lainnya yang menyebabkan stunting adalah terjadi infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, dan hipertensi. Selain itu, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan anak.

Dampak Stunting Pada Anak
Stunting bukan hanya tentang tubuh anak yang lebih pendek dari usianya, tetapi juga tentang dampak jangka panjang yang mengancam masa depan mereka. Menurut WHO, dampak tersebut meliputi:
Meningkatnya Risiko Mortalitas Dan Morbiditas
Berdasarkan analisis data, risiko mortalitas (kematian) mengalami peningkatan hingga lebih dari 12 kali lipat pada anak-anak yang mengalami stunting, kekurangan berat badan dan kurus. Sementara itu dalam sebuah penelitian, menyatakan bahwa anak stunting memiliki risiko morbiditas (angka kesakitan) 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan balita normal.
Rendahnya Kemampuan Kognitif
Kondisi ini berdampak pada gangguan perkembangan saraf dan disfungsi sinapsis (neurologis) yang mengakibatkan keterlambatan perkembangan pada anak. Anak yang stunting cenderung lebih kesulitan berkonsentrasi dalam belajar dan memahami materi pelajaran di sekolah.
Risiko Penyakit Kronis Saat Dewasa
Anak stunting cenderung mengalami kenaikan berat badan secara cepat setelah 2 tahun, sehingga berisiko terkena obesitas dikemudian hari yang mengakibatkan resistensi insulin, terkena diabetes, hipertensi serta dislipidemia.
Gangguan Kesehatan Reproduksi
Dampak stunting pada masa remaja mencakup risiko komplikasi obstetrik (kandungan), oleh karena itu, anak perempuan yang stunting lebih berisiko mengalami terhambatnya persalinan ketika mereka dewasa kelak.
Rendahnya Produktivitas
Rendahnya produktivitas anak disebabkan karena gangguan perkembangan otak dan fungsi kognitif akibat stunting dimasa kecil.

Pencegahan Stunting
Mencegah stunting sejak dini adalah kunci untuk membangun generasi Indonesia yang sehat dan produktif. Menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat, kita dapat memutus rantai stunting dan memastikan setiap anak Indonesia memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dan diterapkan untuk mencegah stunting:
Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil dan terpantau kesehatannya
ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya
Memantau pertemubuhan balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan
Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan
Stunting adalah ancaman yang lebih besar dari sekedar masalah tinggi badan. Dampaknya yang kompleks pada kesehatan, pendidikan dan kualitas hidup anak membutuhkan aksi nyata dari seluruh elemen masyarakat. Seribu hari pertama kehidupan adalah periode emas yang menentukan masa depan seorang anak. Dimulai sejak masa kehamilan hingga usia dua tahun, fase ini menjadi fondasi utama pertumbuhan fisik, perkembangan otak, dan kesehatan secara keseluruhan. Dengan memperbaiki pola asuh, memastikan akses gizi yang memadai dan meningkatkan kesadaran, kita dapat bersama-sama melindungsi generasi masa depan anak dari dampak jangka panjang stunting. Lakukan pemeriksaan Medical Check Up secara berkala khususnya bagi para calon pengantin dan ibu hamil di K-LAB Medical Center untuk mengetahui status kesehatan Anda.
Sumber
Kemenkes – Mengenal Apa Itu Stunting
Kemenkes – Stunting dan Pencegahannya
WHO – Child malnutrition: Stunting among children under 5 years of age
WHO – Stunted Growth and Development: Context, Causes and Conseuences
Pediatrics and International Child Health – The Stunting Syndrome in Developing Countries
Comments