Diabetes melitus tidak lagi menjadi penyakit yang hanya mengancam orang dewasa atau lansia. Kini, semakin banyak anak muda yang harus menghadapi kenyataan pahit didiagnosis dengan kondisi ini. Perubahan gaya hidup modern, pola makan yang tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik menjadi beberapa faktor utama yang berkontribusi pada peningkatan kasus diabetes melitus di kalangan generasi muda.
Menurut data International Diabetes Federation (IDF), Indonesia menempati urutan pertama dalam daftar negara dengan jumlah penderita diabetes tipe-1 terbanyak di wilayah Asia Tenggara pada tahun 2022 dengan kasus mencapai 41,8 ribu jiwa. Mengutip data IDF, pada tahun 2022 terdapat sebanyak 8,75 juta jiwa penderita diabetes tipe-1 di seluruh dunia. Apabila dilihat berdasarkan rentang usia pasien dari total populasi pengidap diabetes tipe-1, terdapat sekitar 1,52 juta orang (17,0%) berusia dibawah 20 tahun, 5,56 juta (64,0%) lainnya berusia antara 20-59 tahun dan 1,67 juta (19,9%) pasien berusia 60 tahun atau lebih.
Jadi, Apa Itu Diabetes Melitus?
Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme kompleks yang ditandai dengan hiperglikemia, suatu kondisi abnormal fisiologis yang diwakili oleh kadar glukosa darah yang terus meningkat. Hiperglikemia diakibatkan oleh kelainan pada sekresi insulin atau kerja insulin atau keduanya dan bermanifestasi secara kronis dan heterogen seperti metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein disfungsi. Diabetes mengikuti pola progresif dengan patogenesis yang kompleks dan presentasi yang bervariasi.
Kenali Tanda dan Gejala DM
Gejala diabetes tergantung pada seberapa tinggi gula darah Anda. Beberapa orang, terutama jika mereka menderita prediabetes, diabetes gestasional atau diabetes tipe 2, mungkin tidak memiliki gejala. Pada diabetes tipe 1, gejala cenderung muncul dengan cepat dan lebih parah. Berikut beberapa gejala diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2:
Merasa lebih haus daripada biasanya
Sering buang air kecil
Kehilangan berat badan cuma-cuma
Adanya keton dalam air seni. Keton adalah produk sampingan dari pemecahan otot dan lemak yang terjadi ketika insulin yang tersedia tidak cukup
Merasa lelah dan lemah
Merasa mudah tersinggung atau mengalami perubahan suasana hati lainnya
Mengalami penglihatan kabur
Mengalami luka yang lambat sembuh
Mengalami banyak infeksi, seperti infeksi gusi, kulit, dan vagina
Faktor Risiko pada Generasi Milenial
Generasi milenial menghadapi berbagai faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terkena diabetes melitus, seperti:
Pola makan tidak sehat: Konsumsi makanan cepat saji, minuman manis dan cemilan tinggi kalori menjadi bagian dari gaya hidup milenial. Menurut penelitian yang diterbitkan oleh National Center of Biotechnology Information (NCBI), asupan gula berlebih dapat memicu resistensi insulin, kondisi awal dari diabetes tipe 2.
Kurangnya aktivitas fisik: Banyak milenial yang menghabiskan waktu lebih banyak di depan layar komputer atau ponsel daripada berolahraga.
Stres dan kesehatan mental: Tekanan pekerjaan, finansial dan kehidupan sosial dapat menyebabkan stres kronis. Stres ini, jika tidak dikelola dengan baik dapat meningkatkan kadar hormon kortisol yang berkontribusi pada peningkatan kadar gula darah.
Berat badan: Kelebihan berat badan atau obesitas adalah faktor risiko utama seseorang terkena DM.
Riwayat keluarga: Risiko seseorang terkena diabetes tipe 2 meningkat jika orang tua atau saudara kandungnya menderita diabetes tipe 2.
Kebiasaan Buruk Konsumsi Makanan dan Minuman Manis
Meninjau data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, konsumsi makanan dan minuman manis di Indonesia paling banyak terdapat pada rentang usia muda, dimana tingkat konsumsi makanan manis (87,9%) dan minuman manis (91,49%). Tingginya konsumsi makanan dan minuman berpemanis di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor pertama adalah lemahnya sistem regulasi di Indonesia yang mengatur tentang penjualan dan definisi standar minuman dan makanan manis. Faktor kedua adalah terjangkaunya harga minuman manis di Indonesia. Rata-rata penjualan produk minuman manis di toko online seharga Rp 1.500,00 per 180 mL. Faktor ketiga yaitu gencarnya pemasaran minuman manis melalui iklan media massa. Di Indonesia, iklan minuman manis ditayangkan secara luas di keempat stasiun telvisi swasta. Faktanya, saat ini sebanyak 62% anak Indonesia mengkonsumsi minuman berpemanis setidaknya meninggu sekali.
Obesitas Cikal Bakal DM
Obesitas merupakan salah satu ancaman yang dapat berdampak pada terjadinya penyakit diabetes melitus pada generasi milenial. Perkembangan teknologi saat ini terutama dalam industri makanan membuat generasi milenial memiliki kesempatan untuk mengonsumsi makanan berkalori dalam jumlah yang tinggi. Kandungan berbahaya dalam makanan masa kini yang mengancam kesehatan adalah pemanis makanan dan minuman seperti fruktosa dalam bentuk high corn fructose syrup (HCFS) yang terdapat pada makanan dan minuman cepat saji. HCFS merupakan jenis makanan buatan yang berasal dari hasil reaksi kimia tepung jagung dan memiliki kandungan fruktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan gula pasir (sukrosa).
Pada proses pencernaan, keberadaan fruktosa dalam aliran darah tidak merangsang pankreas untuk mengeluarkan insulin seperti halnya keberadaan glukosa. Keberadaan fruktosa dalam tubuh juga tidak menstimulasi pengeluaran hormon leptin serta tidak menekan pengeluaran hormon ghrelin yang berguna sebagai pengaturan sensasi lapar dan kenyang di dalam tubuh. Hal inilah yang membuat individu tidak merasa kenyang saat mengonsumsi makanan tinggi fruktosa sehingga dapat mengonsumsi makanan dalam jumlah yang banyak dan pada akhirnya menyebabkan penimbunan fruktosa secara berlebihan.
Sebuah studi di Australia yang meneliti tentang diabetes menemukan bahwa usia median penderita diabetes berada di 59 tahun. Perbandingannya begini; apabila seseorang terdiagnosa diabetes di usia 10 tahun lebih muda, maka risiko kematian akibat berbagai komplikasi meningkat hingga 20-30% dan risiko kematian akibat komplikasi jantung pembuluhnya meningkat hingga 60%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa seseorang yang terdiagnosa diabetes di usia yang lebih muda memiliki risiko progres penyakit dan timbulnya komplikasi yang lebih besar.
Diabetes tipe 2 pada usia muda pada umumnya disebabkan oleh resistensi insulin, yang normalnya bertugas untuk mengatur kadar gula dalam darah. Adanya kelebihan berat badan atau obesitas di usia muda akan menyebabkan kerja insulin menjadi terganggu. Resistensi insulin di usia muda ini dapat berkembang menjadi diabetes tipe 2 jika dibiarkan berlangsung lama. Dalam masa puber, berbagai perubahan dan gejolak hormonal juga dapat memperburuk kondisi resistensi insulin sehingga risiko diabetes tipe 2 juga meningkat. Akibat kondisi inilah, kadar gula dalam darah akan meroket menjadi cikal bakal berbagai gangguan kesehatan lainnya.
Ancaman Komplikasi Yang Dapat Terjadi
Komplikasi diabetes mempengaruhi banyak organ utama, termasuk jantung, pembuluh darah, saraf, mata dan ginjal. Mengelola diabetes dan mengontrol gula darah dapat menurunkan risiko komplikasi ini dan kondisi medis lainnya, termasuk:
Penyakit jantung dan pembuluh darah: Diabetes dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, stroke, tekanan darah tinggi dan penyempitan pembuluh darah, suatu kondisi yang disebut aterosklerosis.
Neuropati: Gula darah yang tinggi dari waktu ke waktu dapat merusak atau menghancurkan saraf. Hal ini dapat menyebabkan kesemutan, mati rasa, rasa terbakar, rasa sakit atau hilangnya rasa yang biasanya.
Nefropati: Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan berlebih dan racun dari tubuh yang berpotensi mengakibatkan gagal ginjal.
Kerusakan mata: Diabetes meningkatkan risiko penyakit mata yang serius, seperti katarak dan glaukoma, dan dapat merusak pembuluh darah retina yang berpotensi menyebabkan kebutaan.
Penyembuhan yang lambat: Jika tidak diobati, luka dan lecet dapat menjadi infeksi serius, yang mungkin tidak dapat di sembuh dengan baik. Kerusakan yang parah mungkin memerlukan amputasi jari kaki, kaki atau tungkai.
Kerusakan saraf lainnya: Kerusakan pada saraf jantung dapat menyebabkan irama jantung yang tidak teratur. Kerusakan saraf pada sistem pencernaan dapat menyebabkan masalah mual, muntah, diare atau sembelit. Kerusakan saraf juga dapat menyebabkan disfungsi ereksi.
Solusi Untuk Menghadapi DM Pada Generasi Milenial
Untuk mengurangi risiko diabetes melitus pada generasi milenial, berikut beberapa langkah pencegahan yang dapat diambil:
Edukasi dan kesadaran: Meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya pola makan sehat dan aktivitas fisik adalah langkah pertama. Edukasi melalui kampanye kesehatan dan program sekolah dapat membantu.
Pola makan seimbang: Mengonsumsi makanan yang kaya akan serat, rendah gula dan lemak sehat sangat dianjurkan.
Aktivitas fisik teratur: Mengintegrasikan olahraga dalam rutinitas harian, seperti berjalan kaki, bersepeda atau aktivitas fisik lainnya, dapat membantu mengatur berat badan dan meningkatkan sensitivitas insulin.
Manajemen stres: Mengembangkan teknik manajemen stres, seperti meditasi, yoga atau konseling psikologis dapat membantu menjaga keseimbagan hormon dan kadar gula darah.
Pemantauan kesehatan rutin: Berkonsultasi dengan dokter secara rutin untuk memantau kadar gula darah, tekanan darah dan kolesterol sangat penting. Penggunaan aplikasi kesehatan yang membantu melacak gula darah dan kebiasaan makan juga dapat berguna.
Diabetes melitus (DM) adalah ancaman nyata bagi generasi milenial yang dipicu oleh gaya hidup modern. Menghadapi DM memerlukan pendekatan yang holistik, terutama bagi generasi milenial yang mungkin menghadapi tantangan unik terkait gaya hidup dan kesehatan mental. Edukasi dan tindakan pencegahan harus menjadi prioritas untuk menjaga kesehatan dan mencegah epidemi diabetes di masa depan. Deteksi dini dan manajemen yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi serius dan meningkatkan kualitas hidup. Jangan lupa selalu cek kesehatan Anda secara rutin minimal 1 tahun sekali melalui layanan medical check-up di klinik K-Lab untuk mendeteksi dini kemungkinan risiko penyakit dan mengatasinya bersama dengan segera. Hubungi di nomor 081381367915.
Sumber Informasi:
Mayo clinic
NCBI
Diabetesatlas
Goodstats
Commentaires